Teddy Apriyana Resmi Turun ke Dunia Pelatih IBL. Teddy Apriyana Romadonsyah, mantan pebasket andalan yang dikenal dengan permainan lincahnya di lapangan, resmi mengumumkan langkah besarnya ke dunia kepelatihan pada 9 November 2025. Ia kembali ke akar rumput dengan bergabung sebagai pelatih baru di Akademi Bandung Utama, klub yang pernah membesarkannya sejak awal karier. Keputusan ini datang di tengah hiruk-pikuk transfer pemain menjelang musim IBL 2025-2026, menandai akhir era sebagai atlet profesional bagi Teddy yang berusia 33 tahun. Bagi penggemar basket Indonesia, ini bukan sekadar pensiun, tapi transformasi yang penuh potensi. Dengan pengalaman lebih dari satu dekade di liga, Teddy siap ciptakan generasi baru pebasket dari kota kelahirannya. Apa yang mendorong langkah ini, dan bagaimana ia akan ubah wajah pengembangan talenta muda? BERITA TERKINI
Latar Belakang Karier Teddy yang Menginspirasi: Teddy Apriyana Resmi Turun ke Dunia Pelatih IBL
Teddy Apriyana Romadonsyah bukan nama asing di basket Indonesia. Lahir di Bandung pada 9 April 1992, ia memulai perjalanan profesionalnya bersama Satya Wacana Salatiga di awal 2010-an, di mana ia cepat naik daun sebagai pemain sayap serba bisa dengan tinggi 187 cm dan bobot 81 kg. Kariernya melejit saat bergabung dengan Pelita Jaya pada 2019, di mana ia reuni dengan pelatih lamanya, Octaviarro Tamtelahitu, dan bantu tim capai posisi kompetitif di klasemen. Dua musim berikutnya di Tangerang Hawks membawanya ke puncak, termasuk kemenangan perdana tim di seri Malang pada 2023 dengan kontribusi krusial melawan Satya Wacana.
Pada 2024, Teddy pulang ke Bandung melalui Prawira, tapi cedera menghalangi penampilan penuhnya. Meski begitu, ia tetap sumbang 9 poin rata-rata di sembilan laga, termasuk di IBL All Indonesian 2024. Karier panjang ini tak lepas dari tantangan, seperti skandal pengaturan skor di JNE Siliwangi Bandung pada 2017 yang ia hindari sebagai satu-satunya pemain tak terlibat. Pengalaman itu justru bentuk ketangguhannya, membuatnya siap berbagi ilmu. Kini, sebagai pelatih, Teddy bawa bekal taktik lincah dan mental juang yang ia asah selama bertahun-tahun. Klub Bandung Utama melihatnya sebagai aset berharga, terutama untuk akademi yang fokus kembangkan talenta usia dini.
Alasan Beralih Profesi dan Proses Adaptasi: Teddy Apriyana Resmi Turun ke Dunia Pelatih IBL
Keputusan Teddy untuk pensiun sebagai pemain lahir dari refleksi mendalam. “Saya merasa sudah waktunya berikan kembali apa yang saya pelajari,” ujarnya dalam pengumuman resmi, menekankan keinginan untuk hindari penurunan performa yang sering dialami atlet veteran. Cedera akhir musim lalu jadi pemicu utama, tapi lebih dari itu, ia lihat peluang besar di pengembangan pemuda. Di usia 33, Teddy masih energik, tapi ia pilih transisi halus daripada bertahan di lapangan yang semakin kompetitif dengan influx pemain muda.
Proses adaptasinya tak mudah. Sejak akhir musim lalu, Teddy ikut sesi pelatihan informal di Bandung Utama, bantu latih tim junior sambil pulihkan kondisi. Klub resmi perkenalkan ia sebagai pelatih pada 7 November 2025, dengan sambutan hangat dari manajemen. “Pengalaman panjang Teddy di liga pro akan jadi pondasi kuat untuk akademi kami,” kata direktur klub, menyoroti bagaimana ia pahami dinamika IBL dari dalam. Teddy rencanakan fokus pada dasar-dasar: teknik dribbling, shooting, dan pertahanan tim, sambil tanamkan nilai disiplin yang ia dapat dari pelatih seperti Tamtelahitu. Ini langkah strategis, terutama saat IBL dorong regenerasi talenta lokal untuk kurangi ketergantungan pada pemain asing.
Harapan Baru bagi Akademi Bandung Utama dan Basket Lokal
Kedatangan Teddy langsung ubah nuansa di Akademi Bandung Utama. Klub yang berganti nama dari Siliwangi pada 2016 ini, kini punya mentor yang paham akar masalah basket kota kembang: kurangnya fasilitas dan kompetisi intensif untuk junior. Dengan Teddy, akademi targetkan tingkatkan partisipasi anak muda, mulai dari liga mahasiswa hingga feeder untuk tim senior Prawira. Ia rencanakan program khusus, seperti kamp musim panas yang gabungkan latihan fisik dan mental, mirip yang ia alami di awal karier.
Dampaknya lebih luas bagi ekosistem IBL. Transisi seperti ini inspirasi bagi pebasket lain yang hadapi akhir karier, dorong budaya kepelatihan yang berkelanjutan. Bandung Utama harap Teddy bantu lahirkan bintang baru, seperti dirinya dulu yang bantu tim capai semifinal. Tantangan tetap ada: anggaran terbatas dan jadwal padat, tapi semangat Teddy—yang pernah bilang “perubahan bikin semangat baru”—jadi penyemangat. Bagi penggemar, ini babak menarik: dari pemain ikonik jadi arsitek masa depan, potensial bawa Bandung Utama kembali ke peta kompetitif IBL.
Kesimpulan
Langkah Teddy Apriyana Romadonsyah ke dunia kepelatihan adalah cerita sukses tentang evolusi, dari pejuang lapangan jadi pembimbing generasi baru. Dengan pengalaman kaya dan komitmen kuat, ia siap angkat Akademi Bandung Utama ke level lebih tinggi, sambil kontribusi pada kemajuan basket Indonesia secara keseluruhan. Di tengah persiapan musim IBL 2025-2026, momen ini jadi pengingat bahwa pensiun bukan akhir, tapi awal babak baru. Bagi Teddy, ini kesempatan wariskan warisan; bagi olahraga kita, ini janji talenta segar yang siap bersinar. Semoga perjalanan barunya penuh kemenangan—bukan di skor, tapi di hati para muridnya.